Ekonomi Kuartal II/2025 Diperkirakan Melambat: Pengusaha Tunggu, Konsumsi Terpengaruh Efisiensi

Posted on

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2025 yang Rendah

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025 diperkirakan hanya mencapai 4,8% secara tahunan (YoY). Hal ini menunjukkan adanya pelambatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Berbagai faktor memengaruhi proyeksi tersebut, termasuk sikap pengusaha yang cenderung menunggu dan melihat situasi serta kebijakan efisiensi pemerintah.

Berdasarkan data dari 30 ekonom dan lembaga yang dikumpulkan oleh Bloomberg, rata-rata pertumbuhan PDB kuartal II/2025 adalah 4,8% YoY. Estimasi tertinggi mencapai 5%, sementara estimasi terendah adalah 4,6%. Beberapa ahli ekonomi memberikan proyeksi berbeda, seperti Gareth Leather dari Capital Economics Ltd. dan Enrico Tanuwidjaja dari PT Bank UOB Indonesia yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 5%, sedangkan Moody’s Analytics Singapore dan Jeemin Bang memproyeksikan pertumbuhan terendah sebesar 4,6%.

Beberapa bank BUMN juga memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memproyeksikan pertumbuhan sebesar 4,79%, sedangkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) meramalkan pertumbuhan lebih tinggi yaitu 4,9%. Angka ini mendekati rata-rata konsensus para ekonom.

Jika dibandingkan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II/2025 merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir. Pada kuartal II/2024, pertumbuhan PDB sebesar 5,05% YoY. Sementara itu, pada kuartal II/2023 dan 2022, pertumbuhan masing-masing sebesar 5,17% dan 5,46%. Bahkan, pada kuartal I/2021, pertumbuhan ekonomi mencapai 7,07% YoY, tetapi hal ini dipicu oleh efek dasar rendah akibat pandemi Covid-19 pada 2020.

Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDB pada kuartal II/2024 masih berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 54,53%. Namun, pertumbuhannya hanya sebesar 4,93% YoY. Diikuti oleh investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 27,89%, ekspor sebesar 21,40%, konsumsi pemerintah sebesar 7,31%, konsumsi LNPRT sebesar 1,32%, serta impor yang terkontraksi sebesar -19,88%.

Office of Chief of Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 sebesar 4,79% YoY, sedikit lebih rendah dari kuartal I/2025 yang sebesar 4,87% YoY. Menurutnya, penurunan pertumbuhan disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang dipengaruhi oleh faktor musiman dan perilaku belanja yang lebih selektif. Meski demikian, bantuan sosial (bansos) yang ditingkatkan oleh pemerintah dapat membantu mengurangi perlambatan konsumsi masyarakat.

Sementara itu, aktivitas investasi atau PMTB diperkirakan tumbuh secara moderat. Hal ini terlihat dari penjualan semen yang turun dan penyaluran dana pinjaman yang produktif yang tidak meningkat. Pendekatan “wait and see” dari sektor usaha menjadi salah satu penyebab laju pembentukan modal yang lebih terukur.

Belanja pemerintah diperkirakan pulih pada kuartal II/2025 setelah mengalami kontraksi pada kuartal sebelumnya. Meskipun total belanja masih lambat, belanja pemerintah untuk pegawai dan bansos diramal naik. Ekspor diperkirakan meningkat pada kuartal II/2025 karena strategi frontloading penerapan tarif impor 19% oleh Amerika Serikat (AS).

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan pertumbuhan PDB kuartal II/2025 sebesar 4,76% YoY. Konsumsi yang melambat menjadi faktor utama. Ada empat faktor kunci yang memengaruhi perlambatan konsumsi, antara lain:

  1. Konsumsi rumah tangga yang diproyeksikan menurun menjadi 4,77% dari sebelumnya 4,89% karena berkurangnya efek musiman dari periode Ramadan dan Idulfitri.
  2. Survei konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa meskipun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2025 berada pada level optimis sebesar 117,8, ekspektasi penghasilan konsumen ke depan sedikit menurun, tercatat dari 135,4 menjadi 133,2.
  3. Efisiensi belanja pemerintah juga memengaruhi konsumsi rumah tangga. Ketika pemerintah mengurangi belanja, khususnya di sektor-sektor yang langsung berhubungan dengan konsumsi masyarakat, daya beli masyarakat berpotensi terdampak secara negatif.
  4. Inflasi Juli 2025 yang mencapai 2,37% YoY juga memengaruhi konsumsi masyarakat.

Secara keseluruhan, perlambatan konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2025 lebih disebabkan oleh kombinasi efek musiman yang berkurang, peningkatan kehati-hatian konsumen, dampak dari efisiensi belanja pemerintah yang menahan stimulus fiskal, serta tekanan inflasi pada kelompok barang tertentu. Hal ini menjadi tantangan utama dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi di atas 5% pada periode tersebut.